Beberapa bentuk contoh pertumbuhan karang dan
karakteristik dari masing-masing genera menurut Ongkosongo (1988), yaitu:
1. Tipe bercabang (branching);
karang seperti ini memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang
dibandingkan dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya.
2. Tipe padat (massive);
karang ini berbentuk seperti bola, ukurannya bervariasi mulai dari sebesar
telur sampai sebesar ukuran rumah. Jika pada beberapa bagian karang itu mati,
karang ini akan berkembang menjadi tonjolan sedangkan bila berada di daerah
dangkal di bagian atasnya akan berbentuk seperti cincin. Permukaan terumbu halus dan padat.
3. Tipe kerak/merayap (encrusting);
karang seperti ini tumbuh menutupi permukaan dasar terumbu. Karang ini memiliki
permukaan kasar dan keras serta lubang-lubang kecil.
4. Tipe meja (tabulate);
karang ini berbentuk menyerupai meja dengan permukaan yang lebar dan datar.
Karang ini ditopang oleh sebuah batang yang berpusat atau bertumpu pada satu
sisi membentuk sudut atau datar.
5. Tipe daun (foliose);
karang ini tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar
terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan melingkar.
6. Tipe jamur (mushroom);
karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan
seperti punggung bukit yang berlur dari tepi hingga kepusat mulut.
Sedangkan menurut Supriharyono (2000), dikenal beberapa bentuk umum pertumbuhan karang, di antaranya, yaitu: globose, ramose, branching, digitate plate, compound plate, fragile branching, encrusting, plate, foliate, dan mikro atol; yang mana bentuk-bentuk karang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam terutama oleh level cahaya dan tekanan gelombang. Selanjutnya Supriharyono (2000) menyatakan, ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang (Gambar 1), yaitu:
- Cahaya; ada
tendensi bahwa semakin banyak cahaya, maka rasio luas permukaan dengan
volume karang akan semakin turun. Kenaikan level cahaya akan merubah
kelompok karang dari yang berbentuk globose
ke bentuk piring (plate).
- Hidrodinamis;
tekanan hidrodinamis, seperti gelombang atau arus, akan memberikan
pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang. Ada kecenderungan bahwa
semakin besar tekanan hidrodinamis, bentuk karang akan lebih mengarah ke
bentuk encrusting.
- Sedimen;
sedimen diketahui dapat mempengaruhi kehidupan karang, dan juga dapat
mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang. Ada kecenderungan bahwa karang
yang tumbuh atau teradaptasi di
perairan yang sedimennya tinggi, berbentuk foliate, branching
dan ramose. Sedangkan di
perairan yang jernih atau tingkat sedimentasinya rendah lebih banyak
dihuni oleh karang yang berbentuk piring (plate dan digitate plate).
- Sub-areal exposure; yang dimaksud di sini adalah daerah-daerah karang yang pada saat-saat tertentu, seperti ketika pada saat pasang surut rendah, airnya surut sekali, sehingga banyak di antara karang yang mencuat ke permukaan air. Kondisi semacam ini biasanya bisa sampai berjam-jam, tergantung lama waktu pasang. Karenanya banyak di antara karang yang tidak bisa bertahan lama hidup pada kondisi semacam ini. Berkaitan dengan level exposure, ada kecenderungan bahwa semakin tinggi level exposure semakin banyak jenis karang yang berbentuk globose dan encrusting. Disamping itu tanda spesifik adanya sub-areal exposure adalah banyaknya karang yang berbentuk mikro atol.
Suharsono, 1996. Jenis-Jenis Karang yang Umum Dijumpai di Perairan
Indonesia. P3-O LIPI, Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai,
Jakarta.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar